Polarisasi
cahaya atau polarisasi optik adalah
salah satu sifat cahaya yang bergerak secara osilasi dan menuju arah tertentu. Polarisasi merupakan suatu
peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak menjadi satu
arah getar.
Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja,
sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya juga
dikategorikan sebagai gelombang transversal; yang berarti bahwa
cahaya merambat tegak lurus terhadap arah oscilasinya. Adapun syaratnya adalah
bahwa gelombang tersebut mempunyai arah oscilasi tegak lurus terhadap bidang
rambatannya Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar.
Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak
terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu arah getar disebut
gelombang terpolarisasi.
Gejala
polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada
tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah
maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali
digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa
melewati celah tersebut.
Cahaya
dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena peristiwa
pemantulan, pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi
karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan
sudut datang tertentu maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang
terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi
akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin
II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin
II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut
polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan
menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi,
sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.
2. Polarisasi
karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena
pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan
cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 900.
3. Polarisasi
karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena
bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai
indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya
biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi.
Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
4. Polarisasi
karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan
yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan
salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan
memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid
adalah sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut
polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
5. Polarisasi
karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa
hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh
partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang
terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya
biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.
6. Pemutaran
Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi
melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi.
sumber : www.g-excess.com
www.wikipedia.com